Jumat, 29 Desember 2017

PUISI - MENULIS SERENTAK UNTUK FLP

MENULIS SERENTAK UNTUK MILAD FLP WILAYAH SUMATERA UTARA YANG KE - 12

INI JANJI KITA
:Untuk FLP wilayah SumUt

Ini sebentuk cerita anak perempuan yang melipat angan di atas sajadah
Ia selalu menghiba asa di sepertiga malam
Matanya basah
Bersebab derai dari pelupuknya menceritakan keinginan-keinginan yang ia namakan impian

Sebelum garis waktu ditarik
Sebelum masa terlewat
Izinkanku menyulam jejak pada pena yang akan kuukir di rumah kita
Rumah yang kita sebut "Rumah Cahaya"

Dalam dua pedoman "Sunnah dan Al Qur'an"
Dalam tiga landasan "Keislaman, Keorganisasian dan Kepenulisan"
Kita saling menyilang jari untuk bergenggaman tangan
Sebab kita semua satu tujuan

Lihat, baca, tulis, dengar dan rasakan
Ini perihal mimpi kita yang berdesak-desakan
Manis bukan?
Pun bila betapa kejam hujatan yang menghampiri telinga
Raga ini adalah raga pertama yang mewakili hati-hati kita
Yang mengatakan bahwa perkataan mereka tidaklah benar
Pun bila terlalu perih tantangan yang menjadi sandungan kita berjalan
Ingat mimpi kita belum selesai
Jadilah pemenang dalam setiap tantangan
Ini masih langkah pertama
Janji kita belum usai
Jadilah darah terakhir sebelum detak nadi kita kembali pada-Nya

Medan, 06 Oktober 2012


PUISI - BILA ESOK TIADA LAGI NADIKU BERDETAK

BILA ESOK TIADA LAGI NADIKU BERDETAK

Bila esok tiada lagi nadiku berdetak
Izinkanlah dihari ini kumenganyam warna untukmu
Sebanyak-banyaknya, seindah-indahnya
Sebab pada siapa lagi kutirahkan deru rasa
Yang merona puji dan puja
Karena sejatinya aku hanyalah ranting rapuh yang mencoba mengakar di jiwa

Bila esok tiada lagi nadiku berdetak
Terimalah simpuh sujud maafku
Seikhlas-ikhlasnya, sedalam-dalamnya
Sebab telah penuh luka dari rahimmu hingga kau menua dan renta
Sungguh baktiku belum tuntas
Segala janji juga belum lunas
Lantas oleh apa sanggup kubalas
Bila esok tiada lagi nadiku berdetak

Medan, Juni 2012

Jumat, 22 Desember 2017

Puisi Lama (2010)

Puisi Lama (2010)

Seluruh dunia menjauh sekarang
Tak ada lagi angin sendu yang menyibak senyum
Bahkan lentera di wajah pun menghilang
Seiring berlalunya mentari di senja hari

Jembatan itu tlah patah
Hancur berkeping-keping
Tenggelam hingga ke dasar laut

Sesaat menunggu hingga fajar tiba
Dan mencoba mencari angin rindu di antara kejora
Ah
Tak satupun memberi harapan
Yang ada hanya tetesan embun membasahi pagi

-2010-