Jumat, 26 Januari 2018

Nice Home Work 1 (Adab Sebelum Ilmu)

NHW #1: Adab Sebelum ilmu


PARENTING NABAWIYAH

Oleh: Poppy Citra Dini Samosir

Materi pertama di Matrikulasi Ibu Profesional adalah Adab Sebelum Ilmu. Begitu tertampar dengan isi materinya. Terutama di bagian, "Barangsiapa menimba ilmu semata-mata ingin mendapatkan ilmu tersebut, maka ilmu itu tidak akan bermanfaat baginya. Namun, barangsiapa yang menuntut ilmu karena ingin mengamalkan ilmu tersebut, niscaya ilmu yang sedikit pun akan bermanfaat baginya." (Tim Matrikulasi IIP)

Betapa banyak dari kita (khususnya saya) yang bila menimba ilmu bukan niat untuk mengamalkannya. Ada yang niat agar mudah mendapat pekerjaan. Ada yang niat untuk cari uang. Ada yang niat agar terkenal. Dan lain-lain. Itu sebabnya, saya rasa orang-orang yang berilmu kebanyakan tidak beradab. Dikarenakan ilmu itu tidak bermanfaat buat dirinya, apalagi untuk oranglain.
Pantaslah jika para ulama sepakat, "kada al adab qabla al 'ilm : posisi adab itu adalah sebelum ilmu."

Nice home work kali ini memberikan tantangan terkait materi adab sebelum ilmu.
1. Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan ini!
Di Universitas kehidupan ini tentulah banyak sekali ilmu yang ingin kita pelajari dan tekuni. Belum lagi banyak hal-hal tak terduga yang terjadi pada kita, yang secara spontan atau tidak terencana yang akhirnya juga kita pelajari. Namun jika harus memilih apa yang paling ingin sekali saya tekuni atau fokus dipelajari adalah tentang Parenting Nabawiyah. Apa itu Parenting Nabawiyah?
Parenting Nabawiyah adalah mendidik berdasarkan nilai-nilai kenabian. Sesuai dengan keteladanan Rasulullah SAW.

2. Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut?
Alasan terkuat saya adalah bahwa mendidik anak bukan menghabiskan waktu yang sebentar. Bukan sampai usia anak sekian dan sekian. Bahkan dari bagaimana cara kita mendidik anaklah yang akan membawa kita ke syurga atau ke neraka, sebab akan dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya. Saya juga menyadari bahwa saya sebagai ibunya yang menjadi madrasah utama buat mereka. Tentu saya harus kaya ilmu sebagai bekal dalam mendidik mereka.
Apalagi di zaman yang penuh fitnah ini, akhir zaman ini. Didikan dari rumahlah yang akan membentuk karakter mereka. Yang akan membentengi mereka dari segala fitnah dunia.
Alasan yang lainnya adalah Saya harus menyiapkan anak-anak saya untuk bisa berdiri kokoh meski (nanti) tanpa orangtuanya. Saya harus menyiapkan mereka untuk menjadi khilafah kebangkitan Islam di akhir zaman ini. Anak-anak saya harus punya dasar keislaman untuk menjadi pegangan mereka ketika berada di luar rumah. Saya ingin anak-anak saya menjadi anak yang Sholeh dan Sholehah. Yang doa mereka tetap berguna meski kita sudah tiada.

3. Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakn di bidang tersebut?
Terutama dan paling utama adalah saya dan suami yang akan belajar. Belajar meneladani segala ucapan maupun tindakan Rasulullah. Bagaimana cara Rasulullah mendidik istri, anak-anak, cucu, sahabat dan ummatnya. Mendidik anak bukanlah semata-mata hanya bagaimana cara mendidik anak. Lihatlah kata "parent" didalam kata "parenting" yang berarti orangtua. Maknanya adalah mendidik orangtuanya dulu. Mendidik diri kita terlebih dahulu agar ketika belajar dan mendidik anak bisa sabar. Misalnya anak kita nangis, yang terutama kita tenangkan adalah diri kita dulu. Kalau kita tidak tenang, maka marahlah yang ada. Bentakan yang akan sampai ke anak. Karena Sabar pun termasuk sunnah Rasulullah. Sehingga tercipta parenting Nabawiyah yang kita inginkan.
Sembari belajar, sambil mengajak anak-anak ikut meneladani Rasulullah melalui video islami, buku-buku cerita, dan paling penting prakteknya yang selama ini sudah kami lakukan. Misalnya, "Nak, Minum harus duduk, ya. Kata Rasullullah sunnah minum adalah duduk." Jadi kami mengajarkan anak-anak kami kalau minum haruslah duduk, tidak berdiri apalagi sambil berjalan. Alhamdulillah anak-anak kami sudah paham. Sehingga jika ada temannya maupun orang dewasa yang dilihatnya minum sambil berdiri, anak kami akan menegurnya. "Kata Rasulullah minum itu duduk, ya. Gak boleh berdiri." MasyaAllah.
Itu hanya salah satu contoh saja. Masih banyak contoh yang lain yang sudah diajarkan maupun yang akan kami pelajari lagi.

4. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut?
Wah, tentu banyak sekali sikap yang harus dirubah agar tercipta Parenting Nabawiyah yang diinginkan. Mengingat miskinnya ilmu yang kami punya. Terutama perihal sabar. Menurut saya, banyak pun teori parenting yang kita punya, jika kita tidak punya kesabaran sama saja tidak akan tercipta hubungan yang harmonis. Kita tahu bahwa membentak anak dapat memutuskan milyaran sel otak anak, namun pada prakteknya seringkali kita tetap membentak anak meski pun spontan. Dikarenakan kita tidak punya kesabaran tadi. Kita ingin anak mengerti kita sebagai ibunya bahwa kita punya banyak kerjaan rumah yang belum selesai. Padahal anak-anak mengerti apa soal itu. Anak-anak hanya ingin ibunya dan ayahnya bermain saja bersama mereka setiap waktu. Kitalah yang harus mengerti bagaimana perasaan anak.
Yang kedua yang harus dirubah adalah dalam manajemen waktu. Saya harus bisa adil mengatur waktu kapan untuk rumah, untuk bermain bersama anak, untuk pegang handphone, dan waktu untuk belajar. Selanjutnya yang akan saya ubah adalah melawan rasa malas. Melawan rasa malas untuk menuntut ilmu, untuk bermain sambil belajar bersama anak. 

Sebagai penutup, saya akan mengutip kalimat hikmah terkait adab dan ilmu.
"Imam Syafi'i pernah ditanya seseorang, sejauh manakah perhatianmu terhadap adab? Beliau menjawab, setiap kali telingaku menyimak suatu pengajaran budi pekerti meski hanya satu huruf maka seluruh anggota tubuhku akan ikut merasakan (mendengarnya) seolah-olah setiap organ itu memiliki alat pendengaran (telinga). Demikianlah perumpamaan hasrat dan cintaku terhadap pengajaran budi pekerti. Beliau ditanya lagi, lalu bagaimanakah usaha-usaha dalam mencari adab itu? Beliau menjawab, aku akan senantiasa mencarinya laksana seorang ibu yang mencari anak satu-satunya yang hilang."
(K.H. Hasyim Asyari dalam Adabul Alim Wal Muta'alim)

#NHW_1
#ADABMENUNTUTILMU
#KelasMatrikulasiIIPBatch5

~ Salam Ibu Professional ~